Praktek Pembelajaran Metode Sentra pada Kelompok Kecerdasan
Sebagaimana telah dibahas pada awal tulisan, kelompok kecerdasan dibagi menjadi 7 tipe. Karena itu hasil pengelompokan menggunakan metode inipun akan menghasilkan 7 kelompok anak. Ke-7 kelompok ini tentu tidak bisa dididik dengan metode yang sama antara kelompok satu dengan lainnya karena tujuan akhir dari metode ini adalah memaksimalkan potensi yang ada, dan berbeda, pada anak di masing-masing kelompok.
Secara umum proses pembelajaran sentra tidak jauh berbeda dengan pembelajaran sentra pada anak kelompok umur ataupun kelompok main lain. Guru hanya perlu merubah sedikit prioritas kegiatan sehingga mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang kecerdasan dan minat anaknya. Dari pengalaman penulis sebagai guru di salah satu lembaga pendidikan usia dini, tipe kecerdasan yang dimiliki anak membawa pengaruh pada minatnya mengikuti materi pembelajaran. Sebagai contoh, anak dengan kecerdasan ritmik musikal yang menonjol cenderung lebih bersemangat mengikuti sentra seni daripada sentra balok. Pun anak dengan kecerdasan linguistik verbal yang dominan lebih mudah menangkap materi pada sentra Iman dan Taqwa (Imtaq) yang banyak menggunakan metode cerita daripada sentra Bahan Alam Cair (BAC).
Berikut langkah-langkah penerapan model pembelajaran sentra bagi kelompok main tipe kecerdasan:
1. Penentuan Indikator
Penentuan indikator didasarkan pada tema pembelajaran. Pemilihan tema maupun indikator bisa saja menjadi hak prerogatif guru sentra, maupun keputusan dewan kurikulum tergantung kebijakan masing-masing lembaga. Dalam contoh ini penulis menggunakan sentra seni. Penerapan pada sentra yang lain pada prinsipnya tidak jauh berbeda.
2. Pembuatan Satuan Kegiatan Harian
Penyusunan Satuan Kegiatan Harian (SKH) merujuk pada indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Guru sentra atau penyusun SKH hendaknya melakukan pemetaan penekanan materi untuk masing-masing kelompok kecerdasan sejak penyusunan SKH.
Proses pembelajaran sentra untuk masing-masing kelompok tetap bisa memakai SKH yang sama. Materi, tema, bahan, dan alat main tidak berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Guru hanya perlu memberikan materi lebih pada poin/kegiatan tertentu dalam sentra yang berpotensi mampu mengasah dan memaksimalkan kecerdasan anak sesuai dengan kelompok masing-masing.
Sebagaimana telah dibahas pada awal tulisan, kelompok kecerdasan dibagi menjadi 7 tipe. Karena itu hasil pengelompokan menggunakan metode inipun akan menghasilkan 7 kelompok anak. Ke-7 kelompok ini tentu tidak bisa dididik dengan metode yang sama antara kelompok satu dengan lainnya karena tujuan akhir dari metode ini adalah memaksimalkan potensi yang ada, dan berbeda, pada anak di masing-masing kelompok.
Secara umum proses pembelajaran sentra tidak jauh berbeda dengan pembelajaran sentra pada anak kelompok umur ataupun kelompok main lain. Guru hanya perlu merubah sedikit prioritas kegiatan sehingga mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang kecerdasan dan minat anaknya. Dari pengalaman penulis sebagai guru di salah satu lembaga pendidikan usia dini, tipe kecerdasan yang dimiliki anak membawa pengaruh pada minatnya mengikuti materi pembelajaran. Sebagai contoh, anak dengan kecerdasan ritmik musikal yang menonjol cenderung lebih bersemangat mengikuti sentra seni daripada sentra balok. Pun anak dengan kecerdasan linguistik verbal yang dominan lebih mudah menangkap materi pada sentra Iman dan Taqwa (Imtaq) yang banyak menggunakan metode cerita daripada sentra Bahan Alam Cair (BAC).
Berikut langkah-langkah penerapan model pembelajaran sentra bagi kelompok main tipe kecerdasan:
1. Penentuan Indikator
Penentuan indikator didasarkan pada tema pembelajaran. Pemilihan tema maupun indikator bisa saja menjadi hak prerogatif guru sentra, maupun keputusan dewan kurikulum tergantung kebijakan masing-masing lembaga. Dalam contoh ini penulis menggunakan sentra seni. Penerapan pada sentra yang lain pada prinsipnya tidak jauh berbeda.
SATUAN KEGIATAN BERMAIN
Indikator pencapaian:
a. Senam fantasi, bentuk meniru;
b. Merangkai bentuk menggunakan batang korek api;
c. Memercik;
d. Stempel;
e. Finger Painting.
2. Pembuatan Satuan Kegiatan Harian
Penyusunan Satuan Kegiatan Harian (SKH) merujuk pada indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Guru sentra atau penyusun SKH hendaknya melakukan pemetaan penekanan materi untuk masing-masing kelompok kecerdasan sejak penyusunan SKH.
Proses pembelajaran sentra untuk masing-masing kelompok tetap bisa memakai SKH yang sama. Materi, tema, bahan, dan alat main tidak berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Guru hanya perlu memberikan materi lebih pada poin/kegiatan tertentu dalam sentra yang berpotensi mampu mengasah dan memaksimalkan kecerdasan anak sesuai dengan kelompok masing-masing.